Rabu, 12 Januari 2011

Neonatus Resiko Tinggi

I. HIPOTERMI
a. Pengertian
Hipotermi merupakan keadaan suhu tubuh rendah dibawah batas normal yaitu 36,5oC.
Hal ini karena hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah. Pada bayi aterm sudah menyimpan lemak dalam jaringan adiposa coklat dan dapat menggunakannya untuk menghasilkan panas. Namun pada bayi preterm mempunyai jumlah lemak coklat yang lebih sedikit sehingga dapat mengalami hipotermi.
b. Klasifikasi suhu tubuh abnormal
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
- Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
- Waktu timbulnya kurang dari 2 hari - suhu tubuh 32 derajat celcius-36,4 derajat celsius
- gangguan napas
- Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
- Malas minum
- Letargi Hipotermia sedang
- Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
- Waktu timbulnya kurang dari 2 hari - Suhu tubuh < 32 derajat celsius - Kulit teraba keras - Napas pelan dan dalam - Tanda lain hipotermia sedang Hipotermia berat Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan - suhu tubuh berfluktuasi antara 36 derajat celsius-39 derajat celsius meskipun berada di suhu lingkungan yang stabil - Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil Suhu tubuh tidak stabil c. Mekanisme kehilangan panas Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat melalui beberapa mekanisme yaitu: 1) Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh : - Menimbang bayi tanpa alas timbangan - Tangan penolong yang dingin memegang BBL - Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL. 2) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak ( jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh : - Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela. - Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin. 3) Radiasi Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh : - BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (Radiant Warmer). - BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang - BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok. 4) Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh : - Jumlah panas yang dipakai. - Tingkat kelembaban udara - Aliran udara yang melewati c. Langkah preventif • Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 250Cdan bebas dari aliran angin). • Jangan meletakkan bayi dekat benda yang dingin (misall dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubatoratau di bawah pemancar panas • Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (mis. alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan). • Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakkan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat. • Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus intravena atau selama resusitasi dengan cara : o Memakai pakaian dengan mengenakan topi. o Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti. o Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan. • Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (mis. menggunakan pemancar panas). • Ganti popok setiap kali basah. • Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit (mis. kain kasa yang basah) usahakan agar bayi tetap hangat. • Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin. • Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel (lihat lampiran) d. Manajemen hipotermi berat - Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat. - Ganti baju yang dingin dan basah. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan seliut hangat - Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering dirubah - Pasang infus - Periksa glukose darah, tangani bila terdapat hipoglikemi - Nilai tanda kegawatan bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal - Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap : • Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum • Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu tubuh bayi mencapai 35 derajat celius - Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 derajat celsius/jam berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam - Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam. - Setelah suhu tubuh bayi normal : • Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi • Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam - Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat dipulangkan dan nesehati ibu bagaimana cara menjaga bayi tetap hangat selama di rumah - Di RS : memakai matras pemanas yang dikontrol dengan termostat pada suhu 37-38 derajat celsius untuk mengurangi kehilangan panas. Cegah agar tidak terjadi hipertermia. Manajemen hipotermi sedang - Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat - Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit - Bila ibu tidak ada : • Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat • Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu • Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering dirubah - Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum - Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misal gangguan napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan - Atasi hipoglikemia, bila ada - Tagani bila ada gangguan napas - Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik 0,5 derajat celsius/jam berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam - Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5 derajat celsius, cari tanda sepsis - Setelah suhu tubuh normal : • Lanjutkan perawatan lanjutan • Pantau bayi selama 12 ja berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam - Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat dipulangkan. Nasehatkan ibu cara menghangatkan bayi di rumah Berat badan Suhu kamar bayi 1 – 1,5 kg 34 - 35 derajat celsius 1,5 – 2 kg 32 – 34 derajat celsius 2 – 2,5 kg 30 – 32 derajat celsius > 2,5 kg 28 – 30 derajat celsius










II. HIPERTERMI
a. Pengertian
Peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi.

b. Penyebab
Suhu lingkungan yang terlalu panas dapat disebabkan oleh suhu inkubator yang terlalu tinggi, radiasi sinar matahari pada waktu bayi berada dalam inkubator, terlalu banyak dan terlalu panas dalam dalam tempat tidur bayi atau berada dekat radiator panas dan sebagainya.

c. Tanda dan gejala
- Pada suhu aksiler didapatkan suhu lebih 37,5 derajat celsius
- Terdapat tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan ubun-ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering )
- Malas minum
- Frekwensi nafas >60 kali /menit
- Denyut jantung >160 kali/menit
- Letargi
- Iritabel

d. Perawatan
Bila suhu diduga karena panas yang berlebihan
- Bila bayi belum pernah diletakkan dalam alat penghangat
• Letakkan bayi diruangan dengan suhu lingkungan normal (25-28 derajat celcius)
• Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
• Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
• Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 derajat celcius), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 4 derajat lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 derajat celcius.
- Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator
• Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi dalam inkubator, buka inkubator sampai suhu dalam batas normal
• Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit, kemudian beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan
• Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
• Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan dengan pengatur suhu
Bila bukan karena panas yang berlebihan
- Terapi untuk kemungkinan besar sepsis
- Letakkan bayi di ruang dengan suhu lingkungan normal (25-28 derajat celsius)
- Lepaskan pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu
- Periksa suhu bayi setiap jam sampai suhu dalam batas normal
- Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 derajat celcius) bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 4 derajat lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 derajat dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5 derajat celcius
- Yakinkan bayi mendapat masukan cukup cairan
• Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum
• Bila terdapat tanda dehidrasi, tangani dehidrasi
- Periksa kadar glukose darah, bila kurang 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemi
- Cari tanda sepsis dn ulagi lagi bila suhu telah mencapai batas normal
- Setelah suhu bayi normal :
• Lakukan perawatan lanjutan
• Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
- Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat di pulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari pancaran panas yang berlebihan.

III. IKTERUS
Ikterus adalah gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir tetapi tidak semua ikterus pada neonatus merupakan ikterus fisiologis. Ikterus selama hari-hari pertama kehidupan mempunyai arti khusus, karena sistem syaraf bayi baru lahir sangat peka terhadap kerusakan permanen. Pada 60% bayi normal dan 80% bayi prematur menderita ikterus selama minggu pertama kehidupannya. Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan gejala patologis, misalnya pada inkompatibilitas rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu dan sebagainya.
Hiperbilirubin merupakan disklorasi kulit, mukosa membran dan sklera oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL). Ikterus secara klinis akan tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5 – 7 mg/dL.


a. IKTERUS FISIOLOGIS
- Merupakan ikterus yang biasanya timbul pada hari kedua/ketiga setelah lahir dan hilang antara hari ke-5 dan ke-10.
- Tidak mempunyai dasar yang patologis,
- Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
- Kadarnya tidak melampai kadar yang membahayakan
- Tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus
- Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern ikterus. Kern ikterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

Penyebab ikterus fisiologis :
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi menjadi bilirubin. Zat ini sulit larut dalam air tapi larut dalam lemak, sulit dieksresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat reseptor membran sel hati dan masuk kedalam sel hati. Dalam hati terjadi persenyawaan dengan ligandin (protein-Y), protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke retikuloendoplasma hati, tepat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul karena adanya enzim glukoronik transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk yang dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat dieksresi melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini dieksresi melalui duktus duktus hepatikus kedalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja menjadi sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari), dan belum matangnya fungsi hepar.
Masalah timbul bila produksi bilirubin terjadi terlalu berlebihan atau konjugasi hati menurun sehingga terjadi komulasi dalam darah.

b. IKTERUS PATOLOGIS
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemi. Hiperbilirubinemi merupakan suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang lebih 10 mg% pada minggu pertama. Keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik. Sebagian besar hiperbilirubinemia ini mempunyai dasar patologis. Dasar patologis ini misalnya jenis bilirubin, saat timbul dan menghilangnya ikterus serta penyebabnya.

Merupakan Ikterus yang mempunyai dasar patologis yaitu :
- Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
- Ikterus dengan kadar bilirubin >15 gr% pada neonatus cukup bulan atau 10 mg% pada neonatus kurang bulan
- Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin >5 gr% per hari

Penyebab Ikterus patologis adalah :
- Eritroblastosis fetalis dan sepsis
- Kern Ikterus
PENILAIAN
Pengamatan ikterus kadang agak sulit apalagi dalam cahaya temaram/buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Penilaian awal yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan KRAMER.
Kramer 1 : kepala dan leher : 7,4 mg% (1,2)
Kramer 2 : dada sampai pusat : 10,6 mg% (1,1)
Kramer 3 : pusat bagian bawah sampai lutut : 14,1 mg% (0,7)
Kramer 4 ; lutut sampai pergelangan kaki, bahu sampai pergelangan tangan : 17,2 mg% (0,9)

IV. KEJANG
a. Pengertian : kejang (neonatal fit) adalah suatu gejala dari gangguan neurologi, bukan suatu penyakit.
b. Penyebab :
- Komplikasi perinatal : pada keadaan hipoksi-iskemik ensefalopati, trauma susunan saraf pusat, perdarahan intrakranial
- Kelainan metabolisme : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, hipo/hipernatremia, hiperbilirubinemia, ketergantungan piridoksin, ketergantungan obat.
c. Perbedaan kejang dan spasmus

Masalah Temuan Khusus
Kejang umum - Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang
- Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai
- Perubahan status kesadaran bayi (bayi mungkin tidak sadar, atau tetap bangun tetapi tidak responsif atau apatis)
- Apnea (napas pontan berhenti lebih dari 20 detik)
Kejang subtle - Gerakan mata berkedip, berputar dan juling yang berulang
- Gerakan mulut dan lidah berulang
- Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda
- Apnea
- Bayi masih bisa tetap sadar
Spasme - Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai beberapa menit
- Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
- Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
- Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucut seperti mulut ikan)
- Epistotonus
- Gerakan tangan seperti meninju dan mengepal

d. Manajemen Awal Kejang
- Pasang infus
- Bila kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL, tangani hipoglikemia sebelum melanjutkan manajemen kejang seperti di bawah ini, untuk menyingkirkan hipoglikemia sebagai penyebab kejang
- Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg berat badan secara IV, diberikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit
- Lanjutkan pemberian oksigen bila bayi mengalami gangguan nafas.



Perawatan lanjut kejang :
- Amati bayi untuk melihat kemungkinan kejang berulang
- Bila kejang berulang dalam waktu 2 hari, beri fenobarbital 5 mg/kg/hari per oral, sampai bebas kejang selama 7 hari. Bila kejang berulang setelah 2 hari bebas kejang, ulangi pengobatan dengan fenobarbital seperti manajemen awal kejang.
- Lanjutkan pemberian cairan IV
- Berikan perawatan umum untuk bayi
• Hindarkan stimulasi suara dan memegang bayi yang berlebihan
• Pegang dan gerakkan bayi dengan pelan untuk menghindari trauma karena tonus ototnya masih lemah
• Jelaskan pada ibu bahwa fenobarbital dapat menyebabkan bayi mengantuk untuk beberapa hari.
- Bila bayi sudah 3 jam tidak kejang, anjurkan bayi untuk menyusu ASI. Bila bayi tidak mau menyusu ASI, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
- Anjurkan ibu untuk memegang dan mengelus bayinya untuk membantu mengurangi iritabel.
- Bila sudah tidak terjadi kejang minimal 3 hari dan ibu dapat menyusui dan tidak dijumpai masalah yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat di pulangkan
- Rencanakan kunjungan tindak lanjut setiap minggu :
• Nilai pemberian minumnya, bantu ibu untuk menemukan cara yang paling baik untuk memberi minum bayi bila bayi tidak dapat menyusu. Bila bayi minum pelan sekali, ajurkan ibu untuk menyusui lebih sering.
• Bila kondisi bayi tidak membaik setelah 1 minggu (bayi berlanjut menjadi letargis, tidak mau menyusu atau malas minum, atau masih kejang), kemungkinan bayi menderita kerusakan otak yang berat dan akan merupakan masalah jangka panjang.



1. Hipotermi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada bayi. Kejadian hipotermi lebih meningkat pada bayi yang preterm karena cadangan lemak coklat yang sedikit sehingga panas tubuh lebih sedikit dihasilkan sehingga bayi dapat hipotermi. Mekanisme kehilangan panas pada bayi terjadi melalui: evaporasi, konveksi,konduksi dan radiasi. Untuk mencegah hipotermi pada bayi, jaga bayi dan lingkungan sekitar bayi agar tetap hangat.
2. Keadaan infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dapat menyebabkan hipertermi pada bayi. Beberapa keadaan seperti lingkungan yang terlalu panas dapat menyebabkan hal tersebut, asuhan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisinya adalah dengan memperbaiki suhu lingkungan atau mengobati infeksi pada bayi.
3. Ikterik dibedakan menjadi ikterus fisiologis dan patologis. Perbedaan dari hal tersebut didasari oleh keadaan bilirubin dalam tubuh bayi saat timbul dan menghilangnya serta penyebabnya. Asuhan yang dapat diberikan oleh Bidan bergantung dari derajat / tingkat ikterus.
4. kejang (neonatal fit) adalah suatu gejala dari gangguan neurologi, bukan suatu penyakit. Disebabkan oleh komplikasi perinatal serta kelainan metabolisme. Pengobatan bergantung kepada penyebab dari kejang tersebut.



1. Ibu F melahirkan 8 jam yang lalu di Puskesmas. Saat bayinya di periksa oleh Bidan, ternyata suhu tubuhnya hanya 36,5 derajat celsius.
Pertanyaan : Menurut saudara apa yang terjadi pada bayi Ibu F ? apa yang menjadi penyebabnya? Dan bagaimana asuhan yang akan saudara berikan untuk Ibu F?
2. Berilah keterangan pada pernyataan di bawah ini apakah Ikterus fiiologis atau patologis

- Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
- Tidak mempunyai potensi menjadi kern ikterus

- timbul pada hari kedua/ketiga setelah lahir dan hilang antara hari ke-5 dan ke-10.

- kadar bilirubin >15 gr% pada neonatus cukup bulan atau 10 mg% pada neonatus kurang bulan

- Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin >5 gr% per hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar